Macam mimpi. Sekejap aku terlari2 ke sana dan ke sini. Masak. Obat. Urut. Hospital. Tetiba dalam masa yang aku sudah jangkakan, nafas ayah semakin berat. Pandangan ayah tertumpu pada yang satu. Aku dan Lovey bergilir menyebut nama Allah, kalimah tauhid, ayat-ayat Allah di cuping telinga ayah. Tangan kanan, ku usap wajahnya. Tangan kiri memegang tangan ayah. Mati itu sakit. Mati itu pedih. Mati itu sedih. Akhirnya ahad, 5.52 ptg, tetiba nafas ayah terhenti. Aku lihat wajah ayah. Dada ayah. Rasa nadi ayah. Innalilahiwainnailaihi rajiun. Wajah ayah sejuk. Hanya dahi masih panas. Malam itu, di rumah, aku tatap wajah ayah. Ayah senyum. Ayah garang orangnya. Tapi saat itu, ayah senyum. Senyum seakan gembira dapat pulang bertemu Yang Esa. Senyum seakan dapat bersatu dengan Ibuk dan Anjarulan Putra Jasman. Aku ucapkan selamat tinggal pada ayah sewaktu aku tabur pacai ke atasnya. Aku peluk ayah buat ke-3 kali dalam hidup ini.
Now-40s..this is where i get personal